Sabtu, 12 Mei 2018

Nurhasiswan: Merubah Paradigma Beternak Berorientasi Bisnis



Kecamatan Kamang Magek sebagai salah satu kawasan Hinterland di Kabupaten Agam mempunyai potensi peternakan yang mampu menopang Kabupaten Agam dalam swasembada daging sapi dan kerbau. Teori ini dapat terwujud jika diukur dengan parameter ketersediaan Hijauan dan populasi ternak. Namun hal ini justru hanya menjadi angan belaka seandainya potensi yang ada tidak mampu dikelola pelaku utama.
Nurhasiswan, selaku petugas peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Agam menyayangkan lambannya perkembangan usaha peternakan di Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek. Salah satu penyebab usaha peternakan di Kamang Mudiak kurang berkembang adalah manajemen pengelolaan yang masih tradisional. Hal itu disampaikan oleh Nurhasiswan, saat melaksanakan penyuluhan pada Kelompoktani Hulu Aia, Jumat tanggal 11 Mei 2018 yang didampingi oleh Yose Elfiranto, SST dan Riswandi, SST selaku penyuluh peternakan.
Pengelolaan yang masih tradisional itu diakibatkan oleh paradigma peternak yang memandang bahwa peternakan merupakan usaha sampingan atau sekadar investasi jangka pendek.  Manajemen pengelolaan yang dilaksanakan selama ini belum mempunyai rencana untuk mengembangkan peternakan, misalnya pengembangbiakan, nutrisi makanan, dan pengetahuan peternak.
“Jangan samakan lagi usaha beternak jaman 80-an dengan usaha peternakan sekarang. Paradigma telah berubah, peternak harus mampu jemput bola, rancang usaha sendiri, rencanakan skala usaha dan baru ajukan bantuan seandainya diperlukan”, tutur Nurhasiswan.
Pertemuan yang dihadiri sebanyak 35 orang peternak tersebut, sepakat akan melaksanakan pelatihan pembuatan pakan ternak dengan bahan baku jerami dan kulit Kakao dan melaksanakan studi banding ke lokasi peternakan yang telah maju. Hal ini didukung oleh ketersediaan limbah kulit Kakao yang sangat melimpah pada kelompok yang selama ini selalu menjadi sampah buangan. Anwar, S.Ag Sutan Majolelo selaku Ketua kelompoktani Hulu Aia berharap dengan adanya penyuluhan ini mampu merubah paradigma peternak dan membangkitkan kembali gairah peternak untuk mampu meningkatkan usaha mereka dari sistem tradisional kepada sistem peternakan yang berorientasi bisnis (Sang T).

Kamis, 13 April 2017

Gapoktan Kakao Kamek Studi Banding Ke Pusat Kakao Unggul Lokal BL 50

Geliat tanaman Kakao saat ini di Kecamatan Kamang Magek berkembang dengan sangat pesat. Tanaman Kakao di Kecamatan Kamang Magek merupakan salah satu produk unggulan selain Jeruk Kamang, Durian Kamang dan si Ratu Manggis Kamang. Saat ini luas tanam tanaman Kakao di Kecamatan Kamang Magek seluas 451 Ha.
Dipelopori oleh para petani kakao yang tergabung dalam Gapoktan Kakao Kamek, tanaman kakao yang ada di Kecamatan Kamang Magek mulai direhab. Tanaman Kakao yang sudah tua maupun yang sudah tidak produktif lagi dilakukan peremajaan dengan teknik sambung samping. Sementara itu tanaman yang tidak terawat dilakukan pemangkasan, semangat ini ditularkan kepada para petani Kakao yang lain.
Atas dasar tersebut, Gapoktan Kakao Kamek ditunjuk untuk melaksanakan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu Kakao (SL-PHT Kakao) yang telah dimulai sejak bulan Maret sampai dengan Mei 2017 sebanyak 7 kali pertemuan. Tujuan pelaksanaan SL-PHT Kakao tersebut adalah memacu pertumbuhan tanaman kakao dan meningkatkan produksi kakao.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan studi banding ke Kabupaten Limapuluh Kota yang berhasil mengembangkan tanaman Kakao menjadi Emas berdaun hijau. Kelompoktani Inovasi yang terletak Nagari Sungai Talang Kecamatan Guguak Kabupaten Limapuluh Kota merupakan salah satu Ikon pengembangan tanaman Kakao yang dianggap berhasil meningkatkan produksinya dengan varietas BL 50 dan mampu menjadikan tanaman kakao mereka sebagai Kakao Klon Unggul Lokal. Kedatangan para petani kakao dan petugas pendamping Kecamatan Kamang Magek Kamis, 13 April 2017 sebanyak 35 orang disambut dengan sangat antusias oleh Edi Syafianto, selaku Ketua kelompoktani..
Edi memberi dorongan untuk menyemangati petani bagaimana cara untuk  menjadikan kebun Kakao yang produktif dan menguntungkan secara ekonomi dengan produktivitas 2,5-3,0 Ton/Ha, cara-cara melakukan pengamatan lapang dan pengendalian OPT yang praktis dan ramah lingkungan bagi tanaman kakao.
Edi, menekankan empat kunci dalam budidaya tanaman Kakao harus dipenuhi oleh petani sehingga mampu mewujudkan hasil maksimal yaitu:
  1. Panen sering
  2. Pemangkasan
  3. Sanitasi
  4. Pemupukan
Panen sering dilakukan selain mengambil hasil juga melakukan seleksi terhadap buah yang sakit. Pemangkasan sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan produksi buah. Salah satu bentuk sanitasi yang dilakukan adalah tidak menggunakan herbisida dalam pengendalian gulma dan tidak membuka isi Kakao di lahan kebun.
Rombongan juga disuguhkan teknik melakukan pengamatan lapang dan pengendalian OPT yang praktis dan ramah lingkungan bagi tanaman kakao. Para peserta disuguhkan cara pengendalian hama utama tanaman kakao yaitu PBK dan Helopeltis dan penyakit utama tanaman Kakao, busuk buah yang yang mampu menurunkan produksi tanaman Kakao sebesar 80 % hingga 100 %.
Selanjutnya rombongan mengunjungi lokasi pabrik kakao mini pengolahan coklat yang bernama Chokato di Kelurahan Kapalo Koto Kecamatan Payakumbuh Selatan Kota Payakumbuh yang dikelola oleh Kelompok Tanjung Subur. Pabrik tersebut memproduksi bubuk coklat murni, lemak coklat, bubuk coklat 3 in 1, coklat batangan dan permen coklat.
Joni Sahputra selaku Ketua/penanggung jawab pabrik menyarankan supaya kualitas kakao petani harus ditingkatkan dengan melakukan cara dan waktu panen yang tepat  serta melakukan fermentasi biji  kakao yang dihasilkan, sehingga demikian dengan kualitas biji kakao yang baik akan dihasilkan pula produk olahan yang bermutu.
Namun yang sangat menarik hati adalah motivasi yang diberikan Joni dalam memberikan motivasi kepada petani dalam berdinamika kelompok dan support agar fokus menjalankan usaha. Hal ini dirasa perlu disampaikan kepada para petani sehingga niat dan tujuan kelompok dapat tercapai dalam meningkatkan usaha dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Yose Elfiranto, selaku pendamping berharap semangat Gapoktan Kakao Kamek dalam melakukan revolusi peremajaan dan perawatan tanaman Kakao di Kecamatan Kamang Magek mendapat respon yang positif dari Pemda Agam seperti yang telah dilakukan oleh Nagari Kamang Hilia yang mengalokasikan anggaran Nagari untuk melakukan perawatan tanaman Kakao di nagari Kamang Hilia. Hal ini akan sangat berpengaruh secara signifikan karena Tim Sambung Kakao yang telah terbentuk di Kecamatan Kamang Magek akan leluasa bekerja dengan sokongan dana (Sang T).

Selasa, 21 Maret 2017

Sejarah Kerupuk Kamang Berawal Dari Kerupuk Koto Panjang



Sebagian besar masyarakat Indonesia mendiami daerah pedesaan, maka itu pemerintah tidak hanya memusatkan pembangunan di daerah perkotaan, tetapi juga berusaha melaksanakan pembangunan ke pelosok pedesaan supaya bisa dinikmati dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Sumatera Barat dalam upaya untuk mengantisipasi tenaga kerja yang tidak terpakai di sektor pertanian, sangat mendorong pertumbuhan usaha ekonomi baru, terutama disektor industri dan kerajinan rakyat. Sektor industri yang berkembang di Kabupaten Agam masih dalam skala usaha kecil dan menengah.Usaha industri tersebut didominasi oleh kegiatan industri rumah tangga (home industri) berupa kerajinan sulaman, bordir, konveksi, kerajinan perak, gula merah dan pengolahan makanan khas daerah yang juga menunjang industri pariwisata. Khusus daerah Kamang Hilir salah satu industri rumah tangganya adalah usaha kerupuk ubi.
Usaha kerupuk ubi di Nagari Kamang Hilir merupakan suatu warisan tradisi ekonomi yang sudah dimulai sejak zaman pendudukan Jepang dan berlangsung hingga saat ini. Namun perkembangannya mulai terlihat sekitar tahun 2000-an, terlihat dengan meningkatnya warga masyarakat yang menekuni usaha ini dari tahun ke tahun. Dahulu sebelum perkembangan usaha ini, hanya beberapa jorong saja yang yang menekuninya, tapi saat ini usaha kerupuk ubi sudah dapat kita temui disetiap Jorong yang ada di Kamang Hilir.
Kamang Hilir adalah satu daerah yang ada diwilayah Timur Kabupaten Agam, sekitar 12 km dari Kodya Bukittinggi. Kehidupan ekonomi masyarakatnya sangat bervariasi mulai dari bertani, wiraswasta, pegawai, industri rumah tangga dan sebagainya. Dahulunya masyarakat daerah ini sebagian besar adalah petani atau 70% dari jumlah penduduknya. Usaha kerupuk ubi sudah menjadi tradisi ekonomi sejak dulu yaitu semenjak tahun 1940, jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada tahun 1940 tradisi ini hanya ditekuni oleh beberapa orang saja, dan hanya usaha sampingan dalam peningkatan pendapatan keluarga. Usaha utama bagi masyarakatnya tetap pada sektor pertanian.
Usaha kerupuk ubi di Nagari Kamang Hilir merupakan usaha skala kecil yang bersifat rumah tangga, karena hanya dilakukan dirumah-rumah penduduk dan para pekerjanya berasal dari kalangan keluarga atau kerabat mereka sendiri. Dengan para pekerja yang berasal dari kalangan keluarga menyebabkan mereka harus berinteraksi dan berhubungan setiap saat, sehingga disini akan terjadi hubungan sosial diantara keluarga dan kerabat-karabat yang bersangkutan.
Untuk meningkatkan perkembangannya usaha ini sudah terorganisir dengan baik dan dinaungi oleh suatu organisasi yaitu Kelompok Tani Kenagarian Kamang Hilir demi kelancaran distribusi dan pemasaran usaha ini. Selain di tingkat Nagari dan Kecamatan, pemasaran kerupuk ini sudah sampai keluar daerah seperti Riau, Jambi, Jakarta, dan lain-lain.
Sebelum usaha kerupuk ubi ini berkembang masyarakat di Kenagarian Kamang Hilir bekerja di sektor pertanian, terutama wanita yang juga ikut bekerja disawah-sawah membantu mengolah lahan pertanian baik sawah milik mereka sendiri ataupun sawah orang lain yang mereka kerjakan dan hasilnya dibagi dua (disaduoan).
Pekerjaan disektor pertanian ini hanya dilakukan oleh satu keluarga kecil atau keluarga inti saja, yaitu satu lahan atau sawah dikerjakan oleh suami, isteri dan dibantu oleh anak-anaknya, jadi pekerjaan ini tidak melibatkan kerabat mereka yang lain (keluarga luas). Namun pada saat panen ada beberapa kerabat yang lain ikut membantu walaupun itu tidak selalu terjadi.
Namun setelah berkembangnya usaha kerupuk ubi di Nagari Kamang Hilir, baik secara sengaja maupun tidak sengaja mengubah sistem sosial yang selama ini terjadi pada usaha pertanian, para anggota keluarga luas bisa berkumpul dan berinteraksi setiap saat dikarenakan alat produksi yang digunakan hanya satu untuk setiap keluarga luas, yang merupakan bantuan dari Kelompok Tani Kenagarian Kamang Hilir, sehingga alat ini bisa digunakan secara bersama-sama dalam satu keluarga luas.
Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan hubungan sosial dalam anggota keluarga luas dimana sebelumnya mereka jarang berkumpul dan sibuk dengan keluarga mereka masing-masing, karena pada umumnya mereka sudah memisahkan diri dari keluarga luas dan membuat sebuah keluarga inti baru. Namun sekarang dengan usaha ini mengharuskan mereka untuk bersama-sama membaur dengan anggota keluarga yang lain.
Sebelum usaha kerupuk ubi ini berkembang, motivasi masyarakat Kamang Hilir bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan sandang (makan). Namun seiring dengan perkembangan zaman sekarang ini menyebabkan semakin kompleknya kebutuhan masyarakat. Dimana  bukan hanya kebutuhan sandang yang harus dipenuhi, tetapi juga kebutuhan lainnya seperti kebutuhan untuk kelangsungan pendidikan anaknya, kebutuhan untuk memiliki rumah sendiri, kebutuhan akan sarana hiburan, dan lain sebagainya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, masyarakat termotivasi untuk memperbaiki taraf hidupnya salah satunya dengan membuka usaha kerupuk ubi. Meskipun usaha kerupuk ubi masih dalam skala kecil dan berbasis rumah tangga, namun usaha kerupuk ubi di kenagarian Kamang Hilir telah berlangsung sejak tahun 1940-an atau semasa pendudukan Jepang usaha ini sudah ada, yang berawal di jorong Koto Panjang yaitu salah satu jorong yang ada di Kanagarian Kamang Hilir saat ini (Wawancara dengan Ibu Nurbaya).
Usaha kerupuk ubi mempunyai peranan yang cukup besar dalam perekonomian masyarakat, dan peranannya dalam meningkatkan hubungan sosial yang terjalin antara pengusaha kerupuk ubi dengan pekerja yang sebagian besar dari kalangan keluarganya sendiri ataupun tetangga dekat, hubungan pengusaha dengan penyedia bahan baku, hubungan dengan pembeli kerupuk ubi, serta dengan masyarakat setempat yang tidak terlibat langsung dalam usaha ini. Yang tak kalah penting disini adalah peranan usaha kerupuk ubi dalam mempertahankan tradisi ekonomi yang telah diwariskan dari generasi yang terdahulu dalam usaha ini.  
Perkembangan industri merupakan konsekuensi logis pembangunan untuk kecepatan transformasi sosial ekonomi masyarakat, terutama transformasi dibidang lapangan pekerjaan dan mempengaruhi bidang-bidang lainnya. Seperti hubungan sosial dalam masyarakat, tingkat pendidikan, penghasilan dan sebagainya.
Dengan adanya usaha kerupuk ubi mengakibatkan perubahan dalam kehidupan masyarakat seperti perubahan dalam pendapatan keluarga serta perubahan dalam hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti adanya hubungan ekonomi yang saling menguntungkan yang akan membawa perubahan dalam hubungan sosial antar warga masyarakat dan perubahan dalam hubungan sosial antar keluarga dan kerabat atau perubahan yang disebabkan oleh faktor luar seperti banyaknya ilmu pengetahuan dan teknologi yang masuk kedaerah ini.
Dengan adanya perubahan-perubahan seperti yang telah dipaparkan diatas, maka dalam bentuk apapun selalu membawa pengaruh bagi masyarakatnya. Munculnya usaha tersebut akan menimbulkan pekerjaan baru serta memerlukan tenaga kerja yang baru, dalam hal ini yang mendapat prioritas utama untuk mengisi lapangan pekerjaan tersebut adalah penduduk sekitar usaha itu berada .

Kamis, 08 Desember 2016

Walang Sangit

Apa itu walang sangit? Walang sangit (Leptcorisa oratorius) adalah serangga pengganggu atau hama yang sering merusak tanaman budidaya. Hama ini terdapat dan merusak pada hampir semua jenis tanaman. Namun dari sekian banyak jenis tanaman, yang paling disukai hama serangga ini adalah tanaman padi. Walang sangit memiliki bau yang khas dan sangat menyengat, karena baunya ini maka disebut walang sangit. Hama walang sangit akan mengeluarkan aroma khasnya jika ia dalam bahaya, aroma menyengat tersebut merupakan bentuk pertahanan diri dari ancaman predator. Di setiap daerah di Indonesia, hama walang sangit memiliki sebutan yang beragam, misalnya masyarakat Sunda menyebut dengan nama kungkang, masyarakat Sumatera menyebut dengan nama pianggang, masyarakat madura menyebut dengan nama tenang dan lain sebagainya. Pada tanaman padi walang sangit merupakan hama utama yang berbahaya dan sangat merusak. Walang sangit menyerang tanaman padi dengan cara menghisap cairan tangkai bunga serta bulir padi pada fase pengisian bulir dan pemasakan bulir sehingga pengisian bulir padi tidak sempurna, bahkan seringkali menyebabkan bulir padi hampa. Hama walang sangit dianggap hama penting yang berbahaya karena dapat mengakibatkan menurunnya produksi padi sekaligus menurunkan kualitas gabah. Tanaman padi yang terserang hama ini akan menghasilkan beras yang berkualitas buruk, beras yang dihasilkan akan mengapur dan berubah warna. Serangan hama walang sangit terjadi ketika tanaman padi memasuki fase generatif (pembungaan) sampai fase matang susu. Pada serangan hebat, walang sangit dapat menyebabkan kehilangan hasil antara 50% hingga 80%.
Perilaku dan Cara Hidup WALANG SANGIT
Satu ekor hama walang sangit betina dewasa dapat menghasilkan telur lebih dari 200 butir, telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada bagian ujung (atas) daun tanaman padi atau daun bendera. Lama stadia telur walang sangit adalah 7 hari. Telur yang telah menetas dan menjadi nimfa akan bergerak ke malai untuk mencari bulir padi yang sedang stadia masak susu. Sedangkan bulir padi yang sudah keras tidak disukai. Nimfa walang sangit berwarna hijau dan lama-kelamaan berangsur-angsur berubah warna menjadi coklat. Nimfa ini akan mengalami ganti kulit hingga 5 kali. Nimfa walang sangit terus bergerak dari satu bulir ke bulir padi yang lain untuk dimakannya. Pada siang hari yang panas, nimfa dan walang sangit dewasa tidak begitu aktif dan bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau malam hari.
Cara Pengendalian Walang Sangit
Pengendalian hama walang sangit sebaiknya dilakukan secara terpadu, yaitu dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian. Pengendalian hama walang sangit berikut ini dapat diterapkan untuk menekan perkembangannya dan meminimalisir kerugian akibat rusaknya bulir padi. Berikut ini 4 cara pengendalian hama walang sangit pada tanaman padi ;
1.       Pengendalian Walang sangit dengan Melakukan Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan dengan membersihkan areal pertanaman padi terbukti mampu menekan serangan hama walang sangit dan mencegah kerugian. Pembersihan areal tanaman padi dari gulma dan rerumputan sebaiknya dilakukan sejak sebelum penanaman hingga masa panen. Tanaman inang hama walang sangit sangat banyak, yaitu semua jenis rerumputan. Oleh karenanya, pembersihan gulma dilakukan sesering mungkin supaya tidak ada tanaman inang yang dapat dimanfaatkan walang sangit untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
2.       Pengendalian Walang sangit dengan Kultur Teknis
Salah satu cara pengendalian walang sangit secara kultur teknis adalah dengan menanam padi secara serempak dalam satu hamparan lahan yang luas. Selain itu pemupukan harus dilakukan secara merata supaya tanaman padi tumbuh seragam sehingga jumlah generasi perkembangan hama ini semakin sedikit. Perlu diingat bahwa hingga saat ini belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit. Untuk itu penanaman serempak sangat dianjurkan karena telah terbukti menekan jumlah populasi hama walang sangit. Selisih waktu tanam dalam satu hamparan lahan tidak boleh lebih dari 2,5 bulan. Semakin kecil selisih waktu tanam akan semakin baik,  sebab semakin serempak waktu tanam padi akan semakin sedikit populasi walang sangit pada hamparan tersebut.
3.        Pengendalian Walang sangit Secara Biologi
Pengendalian biologi adalah pengendalian yang dilakukan dengan agens hayati, yaitu dengan memanfaatkan parasitoid dan jamur. Salah satu agens hayati yang dapat digunakan untuk menekan perkembangan walang sangit adalah  jamur Beauviria bassiana dan Metharizum sp. Jamur Beauviria bassiana ini menyerang walang sangit pada stadia nimpa dan dewasa. Jamur ini menyerang kulit serangga sehingga terinfeksi membentuk lapisan putih pada serangga hama dan mengakibatkan kematian. Jamur Beauviria bassiana ini telah tersedia di lapangan yaitu pada kios-kios pertanian dengan merk dagang Agens Hayati ” Bive-TM”. Walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp dan Ceratophylum sp.
4.       Pengendalian Walang sangit dengan Perangkap
Hama walang sangit sangat tertarik pada bau busuk atau bau bangkai. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan walang sangit menggunakan perangkap kemudian memusnahkannya. Untuk membuat perangkap walang sangit bisa menggunakkan bangkai kepiting, cuyu, keong mas, rajungan, ikan, kotoran ayam atau daging busuk. Caranya cukup mudah, yaitu hanya dengan meletakkan bangkai pada tonggak kayu ditepi sawah. Hama walang sangit akan tertarik untuk menghisap cairan bangkai tersebut, setelah terkumpul walang sangit bisa dimusnahkan. Supaya efektif, perangkap sebaiknya dipasang ketika tanaman padi memasuki fase berbunga sampai masak susu.
5.       Pengendalian Walang sangit Secara Kimiawi
Pengendalian walang sangit secara kimiawi adalah pengendalian yang dilakukan dengan penyemprotan insektisida kimia. Pengendalian menggunakan insektisida kimia dapat dilakukan jika populasi hama walang sangit berada pada ambang kendali yaitu 6 ekor / m2. Penyemprotan insektisida sebaiknya dilakukan ketika hama walang sangit aktif, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Penyemprotan dilakukan menjelang tanaman padi memasuki stadia berbunga dan setelah memasuki stadia masak susu. Banyak jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan walang sangit, misalnya insektisida yang berbahan aktif fipronil, MIPC, BPMC, propoksur atau metolkarb. Hindari menggunakan insektisida yang berbentuk granul/butiran seperti karbofuran, karbofuran sangat berbahaya bagi lingkungan dan manusia.

Demikian “Cara Mengendalikan Hama Walang Sangit“. Semoga bermanfaat…
(Sang T)

Pengendalian Kepinding tanah

Hama adalah salah satu masalah besar bagi petani. Untuk itu perlunya seorang petani mengenali dan memahami dari tiap jenis-jenis hama yang sering menyerang dan memperburuk tumbuh kembang tanaman. Salah satu jenis hama yang sering menyerang tanaman padi adalah serangga kepinding tanah.
Sebelum melangkah kepada cara menanggulangi serangga kepinding tanah tersebut, terlebih dahulu kenalilah jenis serangga tersebut. Serangga kepinding tanah termasuk jenis kepik berwarna hitam kusam dengan panjang 7–10 mm dan lebar 4 mm. Tanaman inang terdiri dari padi, jagung dan tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan (graminae). Kepadatan populasi kepinding tanah sangat berpengaruh terhadap besarnya serangan hama tersebut pada tanaman padi. Infestasi awal kepinding tanah pada tanaman yang lebih muda menimbulkan kerusakan tinggi. Nimfa dan imago menghisap cairan tanaman pada bagian batang dan mengakibatkan tanaman menjadi kerdil dengan daun-daun yang berwarna coklat kemerahan atau kuning. Serangan kepinding tanah pada awal musim menyebabkan pengurangan jumlah anakan dan tanaman menjadi kerdil. Kepinding tanah yang menyerang malai mengakibatkan malai tidak berkembang sempurna dan bulir kosong. Pada populasi tinggi, dapat menyebabkan pertanaman mati, diawali dengan perubahan warna kuning kemerahan dan akhirnya menjadi coklat. Semakin awal infestasi semakin berkurang produksi yang dihasilkan. Penurunan hasil padi pada infestasi stadia anakan (30 hst) pada kepadatan 25–75 ekor per rumpun hasilnya akan berkurangantara 51–71%. Sedang jika infetasi pada stadia tanaman generatif, padakepadatan 25–75 ekor per rumpun hasilnya akan berkurang antara 37–48%. Pada serangan berat dapat menurunkan hasil 60 sampai 80%.
Pengendalian hama kepinding tanah:
  1. Menggunakan miko insektisida berupa cendawan Beauveria bassiana yang diaplikasikan seperti insektisida kimia karena mampu menekan populasi hingga 30%.
  2. Kultur teknis dengan cara pengolahan tanah yang baik, pengaturan air padatanaman padi (intermitten), penyiangan atau pengendalian gulma dan sanitasi lingkungan (gulma dan rerumputan) terutama pada galengan dan tanggul saluran irrigasi, atau pinggiran jalan.
  3. Menggunakan musuh alami seperti parasitoid dan predator. Mengingat pentingnya peran kepinding tanah pada pertanaman padi dan sulitnya pengendalian, maka untuk dapat menentukan strategi pengendalian yang lebih tepat perlu diketahui perkembangan populasinya dan jenis-jenis musuh alami yang potensial untuk mengendalikan hama tersebut.
  4. Secara kimia dengan insektisida seperti Fastac 15 EC, Atabron 50 EC, Matador25 EC dan regent 50 SC , dengan volume larutan 400-500 lt/ha. Namun, penggunaan insektisida sintetik secara tidak bijaksana dan berlebihan dapat menimbulkan beberapa masalah seperti pencemaran lingkungan, hama menjadi resistensi dan terjadi resurjensi hama, serta terbunuhnya serangga yang bermanfaat (Oka 1995). Hama kepinding tanah sangat sulit dikendalikan karena bersembunyi di pangkal batang tanaman padi. Meski disemprot dengan insektisida tetap tidak efektif, karena semprotan tidak dapat menjangkau lokasi persembunyian hama tersebut. Ketika disemprot saat sawah dikeringkan, hama tersebut tetap tidak mati karena bersembunyi di pangkal batang padi, sehingga penyemprotan harus diulangi dan 3 hal ini dapat menyebabkan terbunuhnya serangga bermanfaat yang ada di pertanaman padi akibat penyemprotan insektisida terlalu intensif.
  5. Secara fisik dan mekanis dengan menggunakan lampu perangkap dan pelapasan bebek/itik disawah.

Musuh alami 
Musuh alami kepinding tanah antara lain:
  • Parasitoid telur : Scelionid
  • Predator telur : Katak dan kadal
  • Predator telur, nimfa dan dewasa adalah kumbang Carabidae
  • Musuh alami yang dapat ditemukan di pertanaman padi yang dapat berperan sebagai predator kepinding tanah di antaranya adalah Agonium daimio (Coleoptera: Carabidae), Stenonabis tagalicus (Hemiptera: Nabidae), Rana sp. (Ranidae). Musuh alami lainnya sebagai parasitoid telur adalah Telenomus cyrus, dan T. triptus (Hymenoptera: Scelionidae), serta patogen Metarhizium anisopla.

Demikianlah informasi mengenai hama kepinding dan cara menanggulanginya. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan Anda mengenai hama tanaman terkhususnya padi (Sang T). 

Selasa, 06 Desember 2016

Dirjen Hortikultura Kementan: Kamang Magek Seharusnya Sentra Bawang Merah Kabupaten Agam

Sukses Kecamatan Kamang Magek mengembangkan tanaman bawang merah pada penanaman perdana mendapat respon yang tinggi dari Kementerian Pertanian RI. Kedatangan Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Dr. Ir. Spudnik Sujono Kamino, MM di Kecamatan Kamang Magek disambut dengan sukacita oleh Camat Kamang Magek dan UPT BP4K2P Kecamatan Kamang Magek.
Dirjen blusukan ke lahan pertanian bawang merah di Kecamatan Kamang Magek dalam rangka mensosialisasikan sekaligus memonitoring perkembangan bawang merah di Kabupaten Agam yang dinilanya cukup berhasil dengan penggunaan bibit Maja Cipanas. Dirjen yang turun bersama Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktur Perlindungan Tanaman didampingi Kepala Dinas Pertanian Sumatera Barat dan Kabid Hortikulutra Kabupaten Agam, Selasa tanggal 6 Desember 2016 selain berdialog dengan petani tentang program dan tindak lanjut pengembangan bawang merah juga turut mengapresiasi kualitas Jeruk Kamang yang dinilainya luar biasa. Tanpa basa-basi Dirjen turun menemui petani bawang merah dan Jeruk  di kelompoktani Manis Sejahtera, Nagari Kamang Hilia.
Di sela-sela menikmati buah Jeruk di lahan kelompok, Dirjen menyatakan kekagumannya dengan kondisi tanah di Kecamatan Kamang Magek yang mampu menampung segala jenis tanaman Hortikultura. “Seharusnya Kecamatan Kamang Magek ini cocok dijadikan sentra tanaman Hortikultura karena iklimnya sangat mendukung sehingga mampu mengangkat perekonomian masyarakat lebih tinggi lagi”, jelasnya.
Dirjen juga menawarkan Camat Kamang Magek seandainya Kamang Magek mampu menyediakan lahan satu hamparan seluas 100 Ha untuk penanaman Jeruk Kamang tentu hal ini akan semakin menarik. “Kita punya program dan anggaran, tentu hal ini akan sangat menggiurkan, tidak masalah juga tetapi akan lebih sangat cantik seandainya satu hamparan sehingga mampu kita sulap menjadi lahan Agrowisata”, pungkasnya.
Terkait tanaman cabe dan bawang merah yang saat ini menjadi primadona baru di Kabupaten Agam, Dirjen menekankan perluasan lahan tanam bawang dan satu hamparan. ”Berani gak, kalau tanaman bawang ini kita jadikan satu hamparan minimal 5 Ha satu hamparan. Pusatkan Kecamatan Kamang Magek sebagai sentra bawang merah di Kabupaten Agam”, tegasnya. Namun tentu teknik berbudidaya harus lebih ditingkatkan lagi, sehingga produktivitas baik kualitas maupun kuantitas dapat ditingkatkan. Saat ini produktivitas bawang merah Kecamatan Kamang Magek dinilai cukup bagus sehingga mampu menghasilkan 20 sampai 25 anakan setiap bijinya.
Dirjen secara khusus menyampaikan apresiasi terhadap perhatian dan kebijakan Bupati Agam yang dinilainya sangat perhatian terhadap perkembangan dunia pertanian di wilayahnya sehingga petani merasa diuntungkan. Apalagi Dirjen mendengar baru-baru ini Bupati menyediakan waktu secara khusus meninjau pengembangan tanaman hortikultura di Kabupaten Agam. Dirjen juga menjelaskan PR bersama bagi kita semua, bagaimana supaya petani cabe dan bawang seharusnya menikmati harga mahal komoditinya, namun yang terjadi justru para pengumpul dan pedagang yang selalu mengambil keuntungan.

Zulmarni, SP selaku Kabid Hortikultura Kabupaten Agam menjelaskan potensi pengembangan pertanian khususnya tanaman hortikultura di Kecamatan Kamang Magek umumnya adalah pemanfaatan lahan pekarangan seperempat hingga setengah hektar di belakang rumah petani. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kepemilikan lahan, sehingga sukar mencetak lahan baru untuk pengembangan hortikulura. “Satu-satunya jalan adalah memaksimalkan setiap tegalan yang ada disamping dijadikan tanaman tumpang sari pada tanaman yang telah ada dan melakukan pergantian pola tanam pada lahan sawah petani dengan tanaman cabe maupun bawang”, tutupnya (Sang T).